Danarto (l. 1940, Sragen; m. 2018, Jakarta)

Si Hitam dan Si Putih, 1963

Cat minyak di atas kanvas
100 x 75 cm
Koleksi Galeri Nasional Indonesia
 

Selama hidupnya, Danarto lebih banyak dikenal sebagai penulis cerpen daripada pelukis. Pada sejumlah kesempatan, dua perjalanan artistik ini bersinggungan, salah satunya dalam lukisan Si Hitam dan Si Putih ini.

Sosok-sosok yang hadir merupakan wujud dari Bekrakakan, tokoh dari cerpen “Armageddon” yang Danarto tulis pada 1968—lima tahun setelah lukisan ini ditandatanganinya. Sosok berwarna hitam tampak dalam posisi terbalik, dengan kepala di bawah, kaki di atas, dan tangan terbentang. Di sebelahnya, terdapat dua sosok berwarna putih yang memperhatikan sosok hitam. Terdapat pula sebuah wajah atau topeng di samping kiri sosok hitam, dilatari sejumlah corak yang mengabstraksi ruang.

Walau sarat pengaruh ekspresionisme, lukisan ini turut mengusung sejumlah unsur dekoratif, yang menandakan visi para seniman masa itu yang hendak membongkar ulang ungkapan-ungkapan tradisional dan mengembangkannya dengan gaya ekspresionis. Melalui lukisan ini, Danarto memantulkan nilai-nilai universal mengenai pergulatan antara yang baik dan buruk, serta bagaimana keduanya dan banyak orang lainnya menjadi korban pergulatan ini. 

Satu-satunya novel Danarto, "Asmaraloka", juga bermuasal pada gambar-gambar yang dibuatnya ketika ia tinggal di Kyoto selama setahun. Gambar-gambar itu ditatanya menjadi adegan, kemudian ia menuliskannya sebagai fragmen-fragmen yang diterbitkan sebagai cerbung setiap hari selama tiga bulan di harian Republika. Bagi Danarto, berkarya adalah caranya beribadah, berjuang, sekaligus menjalani dan menikmati hidup. 

 

Tentang Seniman

Danarto dikenal khalayak luas sebagai sastrawan, meski rekam jejak artistiknya sejatinya beragam. Alumnus Jurusan Seni Lukis di ASRI ini juga melakoni monolog, menulis naskah, menyutradarai teater, menjadi pengarah artistik untuk produksi film, dan, juga terus akrab dengan gambar, dan instalasi. Pada 1959, ia turut membidani pendirian Sanggarbambu sebagai wadah berkesenian lintas disiplin di Yogyakarta. Dalam bermacam karyanya, Danarto mengedepankan proses serta peleburan jarak antara pemirsa dan pencipta.

Informasi selengkapnya tentang: