Kekerabatan | Kinship
Praktik artistik Käthe Kollwitz punya pengaruh besar bagi kekaryaan banyak seniman, baik yang mengenalnya secara langsung maupun tidak. Seturut itu jugalah seluruh pameran ini ‘dijahit’ dengan gambar-gambar studi Käthe yang tak pernah dipamerkannya semasa hidup. Lewat gambar-gambar studi ini, kita bisa melihat bagaimana Käthe menguji keterampilannya bukan sekadar untuk mewakili perasaannya sebagai pembuat karya, melainkan agar gestur-gestur yang hadir dalam karyanya memiliki emosi tersendiri. Käthe akrab dengan angkatannya. Di Berlin Secession, ia bertemu dengan Tina Haim-Wentscher yang kita kenal melalui salinan patung dada Nefertiti-nya. Sejak 1921, pematung keturunan Turki dan Yahudi Hispanik ini melakukan kunjungan studi lapangan ke Yunani, Italia, Mesir, serta Bali dan Jawa, bersama suaminya, pelukis Julius Wentscher. Pada masa perjalanan studinya itu, Tina membuat patung dada Käthe. Ketika Nazi makin mengganas pada awal 1930-an, Käthe menyarankan Tina dan suaminya untuk tidak kembali ke Jerman. Mereka berkeliling Asia Tenggara sampai akhirnya diasingkan sebagai ‘musuh alien’ ke Australia, tempat mereka menjalani sisa hidup. Dalam edisi lain rangkaian pameran ini yang diselenggarakan di Hamburger Bahnhof, Nationalgalerie – Staatliche Museen zu Berlin, patung dada Käthe buatan Tina dipamerkan bersama dua patung lain, yaitu potret diri buatan Käthe sendiri (1926–1936) serta Solidaritas I (2000) karya Dolorosa Sinaga.
Dolorosa juga menaruh hormat kepada Käthe, yang ia wujudkan lewat karya Homage to Käthe Kollwitz I, II (2000). Serial karya ini dibuat Dolorosa pada periode yang sama dengan Solidaritas I, II, III dan turut menjadi bagian persiapan pameran tunggal pertamanya pada 2001. Berkarya dan berpameran semenjak akhir 1970-an, Dolorosa memang baru mengadakan pameran tunggal purna tugas kepengajaran dan kepengurusannya di Institut Kesenian Jakarta, seolah menandai satu babak tanggung jawab sosialnya. Pameran tunggal pertama Dolorosa turut membuka babak baru dalam kekaryaannya, yakni sebagai seniman yang tegas menunjukkan keberpihakan kepada kaum yang direnggut hak asasi kemanusiaannya. Seabad setelah persahabatan Käthe dan Tina, apa yang menarik minat Dolorosa kepada Käthe? Dalam Dolorosa Sinaga: Tubuh, Bentuk, Substansi (2020), Sony Karsono menuliskan bahwa Dolorosa telah mengangkat Käthe sebagai ibu spiritualnya dalam laku seni rupa. Dalam derasnya semangat berperang yang ditanamkan pada pemuda Jerman, Käthe menengarai peran perempuan yang menunggu dalam kepasrahan. Sosok-sosok perempuan yang ditindas, dibungkam, diperkosa, atau, bahkan, dibunuh turut mendapat tempat dalam kekaryaan Dolorosa. Ia memanggungkan sekaligus mengagungkan figur-figur ini untuk menyuarakan ketidakadilan dan kekejaman yang telah meniadakan mereka.
Peribahasa Eropa “Blood is thicker than water,” seolah tak bergaung dalam sikap kekaryaan Käthe, Tina, dan Dolorosa. Ketiganya tak terhubung oleh darah maupun silsilah keluarga, tapi saling berbagi langkah dalam semangat yang sama. Kepedulian Käthe telah mendorongnya untuk menyarankan Tina agar tak kembali ke Jerman. Kepercayaan Tina, dan suaminya, pada Käthe telah membuat mereka mengalihkan kemudi kehidupan mereka. Sikap kemanusiaan Dolorosa menghubungkannya dengan wujud kepedulian Käthe dalam praktik artistiknya. Tentu saja ini tidak serta-merta berarti hubungan kekeluargaan—hubungan darah—tidak penting. Kenyataan ini justru mengindikasikan kemungkinan bentuk kekerabatan yang beragam. Kalau dalam kesementaraan ajang makan-makan kita bisa menjadi beramah-tamah dengan setiap orang yang hadir, setidaknya sama-sama menyantap hidangan apa pun yang disajikan, mungkinkah keramah-tamahan ini bisa kita perpanjang, kelola, dan rawat?
*
Bagaimana manusia berhubungan satu sama lain? Bagaimana hubungan antarmanusia dijalankan, didefinisikan, dan dimaknai? Sebagian karya dalam bagian pameran ini mewujudkan hubungan kekeluargaan nyaris secara harfiah, melalui hubungan darah dengan orang tua. Sementara, sebagian lainnya menghadirkan hubungan antara berbagai sisi yang terbentuk dalam diri (sendiri) atau dengan aneka karakter yang dihidupkan dalam diri (sendiri). Keluarga kerap dirujuk sebagai unit (atau kelompok) terkecil dalam kehidupan bermasyarakat secara umum. Perubahan bertahap dari hubungan kekeluargaan yang paling umum (dan harafiah) menuju ke hubungan internal dalam diri (seniman) merupakan sebuah penawaran untuk perluasan definisi keluarga. Pencarian internal sejumlah seniman dalam bagian ini membukakan jalan untuk memikirkan diri sebagai sebuah entitas sosial yang jamak. Mengungkapkan kejamakan diri, dalam karya-karya di bagian ini, bisa jadi langkah awal penerimaan akan perbedaan, toleransi akan keragaman.