Siti Ruliyati (l. 1930, Jombang)

Pasar Burung, 1965

Cat minyak di atas kanvas
Koleksi Galeri Nasional Indonesia



Pasar Burung berakar pada suasana keramaian yang akrab dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pada masa Ruliyati menggambarkannya. Dalam lukisan yang dibuat pada tahun mencekam dalam kehidupan bangsa Indonensia ini, Ruliyati memilih untuk menyarikan kehidupan pasar melalui lukisan unggas-unggas dalam kandang yang berjejer siap dijual. Komposisi kandang-kandang yang berjejer menjauh ke latar belakang dilukiskan dengan warna-warna dingin. Semua objek ini terhubung dalam satu kegiatan: menyambung hidup. 

Warna-warna dalam lukisan Ruliyati mengingatkan kita pada sebuah kritik tajam yang ditujukan untuk pameran para seniman Sanggar Pelukis Rakyat di Jakarta, Februari-Maret 1957, "Corak warna karya-karya [dalam pameran] ini seakan-akan tidak ada matahari di Indonesia. Semua gelap, dingin, lembap." Suasana muram yang digambarkan bisa jadi adalah cara Ruliyati menolak membedakan posisi seniman dan rakyat, serta penyederhanaan dikotomi antara kemewahan dan kemiskinan. 

 

Tentang Seniman

Ruliyati dikenal memiliki estetika rupa yang serba kontras. Sapuan pensilnya kuat, tegang, kaku, dan keras, tapi komposisinya begitu lembut dan feminin. Alumni ASRI angkatan pertama ini menunjukkan keberpihakannya pada masyarakat dalam seluruh kekaryaannya. Gambar-gambarnya diakrabi publik melalui sejumlah majalah, seperti Budaya Jaya, Indonesia, dan Zenith. Ruliyati hidup dari praktik artistiknya, mulai dari melukis, menggambar dan berjualan kartu pos serta kartu ucapan, sampai membuka kursus melukis.

Informasi selengkapnya tentang: