Walter Spies (l. 1895, Moskow; m.1942, Samudera Hindia)

Pre-Bali Study Paintings (Lukisan Studi pra-Bali), 1922

Konte dan cat air di atas kertas
43 x 56 cm dan 44 x 57 cm
Koleksi Nasirun


Pre-Bali Study Paintings (1922) menandai perkenalan awal-awal Walter Spies dengan Bali. Kala itu, turis dari Barat mulai lumrah berdatangan ke Bali. Awalnya karena Paris Exposition pada 1900, yang memamerkan capaian budaya dan teknologi dari berbagai pelosok dunia, salah satunya replika candi lengkap dengan penari yang didatangkan dari nusantara. Setelahnya, pada 1920, mulai beredar kumpulan foto Tanah Dewata karya Gregor Krause, serta sejumlah kartu pos bergambar panorama nusantara yang populer di kalangan pelancong Eropa kala itu. Walter melukis berdasarkan rujukan visual dari foto dan kartu pos tersebut.

Lahir sebagai anak diplomat Jerman di Rusia, Walter tumbuh di sebuah keluarga kalangan atas yang mencintai seni. Saat mengikuti wajib militer di Sterlitamak, wilayah di selatan Pegunungan Ural, ia tertarik dengan kesenian rakyat Bashkiria yang berbeda dengan apa yang ia kenal sejak kecil. Karena perang, Walter mengungsi ke Dresden, di mana ia bergaul dengan banyak seniman dan berpindah-pindah skena, mulai dari seni, musik, film, dst. Walter kemudian jenuh dengan kehidupan seni di Eropa. Meski kariernya cemerlang dan karyanya banyak dipamerkan di Jerman dan Belanda, ia merasa terkungkung dengan lingkar seni yang ia geluti. Dalam salah satu surat kepada ibunya, Walter menyatakan keinginannya untuk berkelana. Pada 1923, ia pun berlayar ke Hindia Belanda.

 

Tentang Seniman

Pelukis, komposer, dan kurator berkebangsaan Jerman Walter Spies mengenal Hindia Belanda melalui ragam kartu pos cetakan Belanda. Ia lahir di Moskow dan pernah tinggal di Berlin, Bandung serta Yogyakarta, sebelum pindah ke Ubud pada 1927. Walter merekam dan mengoleksi berbagai motif dari beragam kesenian di Bali di Museum Bali. Selain dikenal sebagai salah satu pendiri organisasi seniman Pita Maha, Walter bersama Wayan Limbak menggabungkan tari Sang Hyang dan epos Ramayana menjadi yang sekarang kita kenal sebagai Tari Kecak.

Informasi selengkapnya tentang: