Akses cepat:

Langsung ke konten (Alt 1) Langsung ke menu utama (Alt 2)

Sprechstunde – Kolom Bahasa
Bahasa Jiwa: Seni dan Sastra

Bahasa seni dan sastra menginspirasi kreativitas dan pertukaran budaya
Bahasa seni dan sastra menginspirasi kreativitas dan pertukaran budaya | © Goethe-Institut e. V./Illustration: Tobias Schrank

Bersama ChatGPT, masuki dunia seni dan sastra yang menjembatani budaya, memantik kreativitas, dan mempertemukan jiwa-jiwa dari seluruh dunia.

Melanjutkan tradisi Word! The Language Column, hari ini kita kembali menyelam dalam perjalanan linguistik. Topik kita kali ini adalah bahasa seni dan sastra. Pertanyaannya, bukankah seni merupakan medium visual? Dan bukankah sastra sudah pasti berupa bahasa? Keduanya benar. Namun, seni dan sastra tak terbatas pada apa yang tampak atau terdengar di permukaan.

Bahasa seni dan sastra bukan sekadar kata-kata yang tertera pada sebuah halaman atau goresan kuas di atas kanvas. Bahasa seni dan sastra adalah bentangan pengalaman manusia, leksikon emosi, aspirasi, dan imajinasi yang menjadi milik banyak orang. Bahasa seni dan sastra adalah ekspresi dan pengisahan yang hidup dan bernapas, yang melampaui batas-batas fisik dan menghubungkan kita semua dengan jauh lebih mendalam dibandingkan terjemahan mana pun yang dihasilkan oleh AI.

Kanvas Bernama Bahasa

Seni dan sastra adalah representasi tertinggi dari evolusi linguistik manusia, paduan elok dari kreativitas manusia yang telah berlangsung ribuan tahun lamanya. Sama seperti penjelajahan digital yang kita lakukan untuk mempelajari bahasa Spanyol, Jerman, atau Italia, ranah seni dan sastra yang mahaluas pun dapat kita jelajahi untuk mempelajari bahasa universal dari kalbu manusia.  

Ada gelora yang tak ada duanya saat kita memaknai sebuah lukisan atau menafsirkan suatu novel. Perasaan ini mirip dengan gairah yang kita rasakan saat pertama kalinya memahami sebuah bahasa asing; serupa dengan benak yang seketika benderang ketika akhirnya memahami makna di balik ungkapan dalam bahasa Jerman atau Italia. Dunia seni dan sastra penuh dengan momen-momen segar ini, dunia yang memantik rasa ingin tahu dan menyulut kreativitas.

Buku dan Jangkauannya yang Tak Terbatas

Bayangkan perasaan seseorang saat pertama kali membaca novel klasik atau berdiri di hadapan sebuah lukisan terkenal.  Rasanya bak menerima ilham berupa bahasa baru, atau cara baru dalam memandang dan memahami dunia. Inilah yang ajaib dari seni dan sastra,  yakni kemampuannya untuk berbicara kepada penikmatnya dalam bahasa yang personal, akan tetapi mampu dipahami secara universal.

Demokratisasi dalam mempelajari bahasa melalui platform digital, sebagaimana dibahas dalam tulisan-tulisan terdahulu, adalah cerminan dunia seni dan sastra. Kini, kita punya aplikasi bahasa dan komunitas daring untuk mempelajari bahasa Jerman, ataupun bahasa-bahasa lainnya. Demikian pula, platform digital tersedia untuk kita mempelajari seni dan sastra dari seluruh dunia. Kita dapat mendengarkan buku audio karya beragam penulis dari berbagai negara, menonton film dalam bahasa asing, dan mengunjungi pameran seni secara virtual.

Kreativitas di Era AI

Namun demikian, sama seperti terjemahan mesin yang tidak mampu menangkap nilai-nilai budaya yang penting dalam komunikasi dan keterhubungan antarmanusia, wujud digital suatu karya pun tak mampu sepenuhnya memberikan pengalaman yang sama seperti saat membaca buku secara fisik atau melihat karya seni secara langsung. Cerapan yang kita dapat dari tindakan seperti meraba dan menghidu, serta dari suasana sekitar adalah sensasi-sensasi subtil yang memperkaya pemahaman dan apresiasi kita terhadap seni dan sastra. Ini serupa dengan kekhasan bahasa lisan yang memberikannya kedalaman dan kekayaan.

Akhir kata, bahasa seni dan sastra tidak berhenti menginspirasi kreativitas dan pertukaran budaya yang begitu beragam dan hidup—sama rupa-rupa dan dinamisnya sebagaimana pengalaman manusia itu sendiri. Bahasa seni dan sastra adalah bahasa universal yang tak kenal batas, yang meruntuhkan rintangan, dan yang membangun pemahaman. Seiring kita terus menjelajahi bentang linguistik yang memikat ini, kita tak boleh lupa merayakan dan merawat bahasa seni dan sastra yang unik serta mengakui kemampuan bahasa seni dan sastra untuk menginspirasi, menyatukan, dan menyemangati.

Nah, kepada sesama pemerhati bahasa, mari bersulang dalam rangka memperingati dunia penjelajahan linguistik yang luar biasa ini. Mudah-mudahan, kita dapat terus berjalan di dalam lanskap seni dan sastra yang kaya dan menikmati simfoni indah berupa dialek dan warna-warni kehidupan bersama. Prost, Salud, Santé, Cin Cin—angkat gelas untuk bahasa jiwa!
 

Kolom Bahasa "Word"!

Kolom “Word!” adalah kolom dua mingguan yang khusus membahas bahasa sebagai fenomena budaya dan sosial. Bagaimana bahasa berkembang, seperti apa sikap para penulis terhadap bahasa “mereka”, dan bagaimana bahasa berperan dalam membentuk suatu kelompok masyarakat? Kolom ini diasuh oleh enam kolumnis yang menulis secara bergantian. Semuanya memiliki latar belakang yang terkait dengan bahasa, baik karena pekerjaan maupun hal lainnya. Ikuti tulisan mereka, yang mengangkat topik-topik pilihan kolumnis sendiri, selama enam edisi ke depan.

AI Sebagai Kolumnis?

Seberapa besar sesungguhnya kemampuan ChatGPT? Untuk mengujinya, kami meminta perangkat AI menuliskan serangkaian artikel untuk kolom “Word!”. Apakah tulisan AI sesuai dengan kebutuhan kolom? Dan apa yang harus dilakukan redaktur untuk memastikan keenam tulisan yang dihasilkan oleh AI sesuai dengan ekspektasi redaksi? Pengamatan terhadap percobaan ini dicatat dan dituangkan dari sudut pandang redaksi pada laman ini. Lihat pula “prompts”, atau permintaan yang kami tuliskan kepada ChatGPT untuk tiap-tiap kolom.

Prompt asli dan riwayat percakapan untuk tulisan ini dapat dilihat di: https://chat.openai.com/share/a1348b83-c36e-4af8-91c8-8fab74e0e012

Apa pendapat Anda tentang tulisan ini, dan apakah ada hal-hal tertentu yang Anda amati? Apakah teksnya menarik dan layak dibaca? Kami ingin tahu pendapat pembaca tentang teks buatan AI secara umum. Setelah membaca kolom ini, apakah pendapat pembaca terhadap teks buatan AI berubah? Silakan tuliskan komentar Anda!

Top