Dolorosa Sinaga (l. Sibolga, 1952)
Solidaritas, 2000
Perunggu83 x 100 x 38 cm
Koleksi Galeri Nasional Indonesia
Solidaritas adalah salah satu karya Dolorosa yang paling dikenal dan dipuji para kritikus. Pada karya ini, tampak tujuh perempuan yang saling berkait tangan, dengan dagu dan pandangan yang dicondongkan ke atas. Perempuan yang paling ujung kiri meninju langit dengan kepalan tangannya, sedang salah seorang perempuan hadir dengan perut hamilnya yang mencuat.
Sarah Murray berpendapat bahwa perempuan-perempuan ini dapat saja diinterpretasikan sebagai saudara, atau bahkan gambaran versi-versi lain dari Dolorosa sendiri. Sementara itu figur perempuan hamil merupakan simbol pewarisan solidaritas lintas generasi.
Penggunaan perunggu, menurut John Roosa dan Alit Ambara, merupakan tanggapan Dolorosa terhadap ""Ibu-ibu yang turun kejalan di Jakarta (1998), berdemonstrasi memprotes melambungnya harga susu akibat krisis ekonomi,” Sony Karsono mengartikan tanggapan situasional Dolorosa pada pergantian rezim di Indonesia ini menyandang ‘pesona lintas benua’ yang berarti dapat mencerminkan gerakan diberbagai penjuru dunia.
Namun, asosiasi Dolorosa dengan perjuangan yang digambarkannya juga tidak dapat dipisahkan dengan, misalnya, interaksi dan kolaborasi Dolo dengan sebagian warga elite Orde Baru untuk mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan untuk melawan kelompok yang sama. Komentar Ignatius Wibowo rasanya tepat menggambarkan hubungan antara karya ini dan pertarungan kekuasaan, “Sangat mengherankan bahwa Bank Dunia mau memajang patung ini di galerinya padahal patung ini sarat dengan kritik terhadap sepak terjang para kapitalis itu.
Tentang Seniman
Dolorosa Sinaga berkesenian untuk keadilan. Belajar seni patung di LPKJ (kini IKJ) dan Central St. Martin's School of Art, ia merancang karya-karyanya sebagai suara solidaritas dalam berbagai kasus hak asasi manusia di Indonesia, dari seputar peristiwa 1965 hingga 1998. Selain aktif berkarya dan berpameran, ia terlibat dalam berbagai gerakan kemanusiaan serta mengajar di almamaternya. Di IKJ itu pula ia sempat menjadi Dekan Fakultas Seni Rupa dan turut merancang mata kuliah ‘Seni dan Aktivisme’.Informasi selengkapnya tentang: