Araya Rasdjarmrearnsook (l. 1957, Trat)

The Parting II (Perpisahan II)
The Parting (Perpisahan)
Untitled (Tanpa Judul)

(from the series ""Female Figures"")
(dari seri Figur Perempuan)
1990–1991

Etsa di kertas
70 x 100 cm
80 x 100 cm
78 x 107 cm

Koleksi MAIIAM Contemporary Art Museum


Bertajuk Female Series, seri karya grafis ini dibuat Araya pada akhir masa studinya di Braunschweig, ketika ia kehilangan neneknya. Dua dari tiga karya ini bertajuk, The Parting. Kenyataan hidupnya sehari-hari terus-menerus mengingatkannya betapa jauhnya ia dari situasi-situasi yang ia biasa temui di kampung halamannya. Dalam dukanya, Araya menelusuri kembali hubungan-hubungan antara dirinya, neneknya, ibunya, dan sejumlah sepupu perempuannya.

Kesederhanaan hitam dan putih justru menjadi elemen yang memukai dalam karya-karya ini. Kenyataan bahwa karya ini adalah karya grafis —tidak akan pernah sempurna hasil cetakannya, terbatas secara jumlah, dan cenderung rapuh secara bahan— seolah menegaskan bahwa kebenaran, dan kehidupan, tidaklah abadi. Araya terus menjelajahi imajinasinya dimana yang hidup bisa berkomunikasi dengan yang mati. Perihal 'yang mati' —bukan kematian— kemudian menjadi salah satu pilar pencarian artistik dan kemanusiaan Araya sampai hari ini.

Sosok-sosok dalam seri karya Araya ini hadir dalam bentuk-bentuk deformatif. Mulanya, Araya dihantui oleh kenyataan bahwa dalam studi gambar anatomi ketika ia masih belajar di Thailand, ia kerap diberi nilai amat rendah. Ia juga pernah dianjurkan keluar dari studio patung dengan alasan, "Perempuan tidak pantas mematung." Saat melanjutkan studinya di Jerman, ia juga kerap dinilai tidak punya cukup kemampuan dalam penataan cahaya dan volume dalam. gambar. Sekarang, ia justru percaya bahwa dalam ketidaksempurnaan bentuk sosok-sosok ini, nenek dan ibunya yang juga sudah meninggal punya kesempatan untuk ikut menentukan bentuk kehadirannya.


Tentang Seniman

Araya meniti langkah antara ada dan tiada. Lewat karya dan laku artistiknya, ia membahasakan rasa kehilangan serta pergerakan antara kehidupan dan kematian. Lulusan Silpakorn University dan Hochschule für Bildende Künste Braunschweig yang juga menulis novel ini kerap menantang moralitas serta batas toleransi penonton melalui permainan tanda dan perumpamaan yang provokatif. Dalam sejumlah kesempatan, ia turut hadir dalam karyanya untuk membacakan naskah yang ia susun, baik dalam bentuk ceramah akademis, catatan harian, maupun dialog.

Informasi selengkapnya tentang: